PERSAMAAN DAN PERBEDAAN AGAMA
Pada umumnya manusia
mempunyai mobilitas cukup tinggi, sehingga mereka dapat berpindah-pindah ke
pelbagai wilayah. Jika pada wilayah baru, terasa pas dan cocok maka
mereka akan membangun komunitas. Di komunitas itu, secara bersama, mereka
kemudian menjalankan kebiasaan, unsur-unsur budaya, adat istiadat, serta
cara-cara menyembah Ilahi, sambil melakukan adaptasi sesuai dengan sikon
lingkungan hidup. Demikian juga, jika penganut agama [karena berbagai alasan]
berpindah ke wilayah dan komunitas masyarakat baru, maka tidak menutup
kemungkinan, ia akan memperkenalkan apa yang dianut kepada orang lain.
Cara penyembahan sederhana
berkembang menjadi Agama
Mobilitas
masyarakat itu, biasanya diikuti dengan adanya adaptasi serta interaksi
sosial dengan sesama dan lingkungan hidup, akibatnya terjadi berbagai
perubahan. Salah satu perubahan adalah perkembangan bentuk-bentuk penyembahan
kepada Ilahi dalam komunitas suku dan sub-suku pada suatu lokasi tertentu.
Bentuk-bentuk penyembahan sederhana [mungkin juga tidak ada ajaran tertulis]
tersebut, karena perkembangan intelektual penganut agama terutama para
pemimpinnya, dikembangkan menjadi sistem ajaran dan penyembahan yang kompleks
serta terstruktur. Kompleksitas itu kemudian diikuti dengan intensitas
[ataupun ekspansi] penyebaran yang dilakukan oleh para penganutnya [dan
melewati batas-batas geografis dan budaya], sehingga semakin banyak orang
mengikuti sistem ajaran dan penyembahan tersebut.
Semakin banyak orang mengikuti sistem ajaran dan melakukan penyembahan, bisa saja terjadi kesimpangsiuran dan kekacauan; oleh sebab itu, memerlukan keteraturan dan ketertiban. Sistem ajaran harus terstruktur; bentuk-bentuk penyembahan dan cara menyembah harus diatur agar tertib; tempat penyembahan harus ditetapkan lokasinya; hari-hari atau waktu penyembahan harus ditentukan; dan lain-lain. Semuanya itu terhisab dalam satu kata yaitu a-gama [tidak kacau]. Jadi, agama pada awalnya hanya merupakan pagar pembatas agar manusia tidak kacau ketika melakukan penyembahan kepada Ilahi. Akan tetapi, pada perkembangannya, manusia yang beragama [terutama para pemimpin keagamaan] menjadikan agama sebagai identitas kelompok bangsa, suku, dan sub-suku. Agama seringkali digunakan sebagai simbol perbedaan pada masyarakat. Agama tidak lagi menjadi sarana utama untuk menyembah TUHAN, melainkan lambang pembeda seseorang dengan yang lain. Bahkan, agama telah menjadi sarana untuk menggapai kedudukan dan kekuasaan politik serta alat penindasan terhadap sesama manusia. |
PERBEDAAN AGAMA-AGAMA
Pada
masa kini, [termasuk di Indonesia] sulit menemukan kaum agamawan [khususnya
pemimpin-pemimpinnya], berani menyatakan ada persamaan pada agama-agama. Kaum
agama dengan mudah mengungkapkan superior agama, seakan-akan tidak ada
satupun titik kesamaan pada agama-agama. Akibatnya, tokoh agama berlomba
mengkesampingkan yang lain; sedikit yang berusaha menunjukkan persamaan.
Padahal, ada banyak hal yang merupakan persamaan agama-agama, dan cuma
sedikit perbedaan. Lalu, di mana letak persamaan dan perbedaan tersebut?
Namun, perlu diingat bahwa bukan kata agama yang berbeda ataupun sama,
melainkan semua hal yang terhisab dalam agama. Faktor-faktor yang menunjukkan
perbedaan dan persamaan agama, yaitu
Dengan demikian,
faktor-faktor luar tersebutlah yang membuat agama berbeda; atau lebih
tepatnya menjadikan umat beragama semakin berbeda satu sama lain.
Berdasarkan
pandangan seperti ini, maka agama Kristen yang muncul di Palestina [di tengah
sistem sosial masyarakat Palestina], tentu saja berbeda dengan Islam di
jazirah Arab [yang muncul di tengah-tengah sistem sosial masyarakat Arab];
atau berbeda juga dengan agama Hindu dan Budha di India, serta berbeda pula
dengan Kong Hu Cu di China, dan seterusnya.
Agama muncul di tengah
keragaman lingkungan sosial masyarakat. Dengan demikian, tidak menutup
kemungkinan, bahwa keragaman tersebut mempengaruhi agama [dan saling
mempengaruhi satu sama lain]. Ketika agama berkembang melintasi batas-batas
geografis dan budaya, maka pengaruh-pengaruh [ketika agama muncul] tersebut
ikut tersebar.
|
PERSAMAAN AGAMA-AGAMA
Di
samping perbedaan itu, ada banyak hal yang menunjukkan kesamaan agama-agama.
Kesamaan tersebut bukan sekedar pada arti kata agama, melainkan
menyangkut hal-hal lain yang lebih spesifik. Faktor-faktor persamaan
agama-agama antara lain:
Tampilan
diri umat beragama [yang baik dan benar] selalu menunjukkan bahwa mereka
mendapat didikan dan bimbingan keagamaan; dan akan menghasilkan hidup dan
kehidupan moral positif. Dengan itu, berbagai tindakan serta perilaku sosial
manusia [khususnya umat beragama] sehari-hari merupakan akibat dari manusia
batiniah yang mendapat bimbingan keagamaan. Ajaran-ajaran agama yang
berhubungan dengan percaya dan iman serta ajaran moral harus
dipraktekkan melalui tindakan-tindakan nyata. Jika tidak, maka agama menjadi
sesuatu tak berarti.
sumber : http://moomooblogs.wordpress.com/2012/05/16/perbedaan-pendapat-antara-ajaran-islam-dan-doktrin-kristen-tentang-isa-al-masih/ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar